Liburan Dadakan Bekasi Malang, Ngapain Saja?

 

bekasi malang

Pergi liburan dadakan sampai terburu-buru packing, ini sudah sering dirasakan. Bagaimana kalau pergi ke suatu kota dengan jarak sekitar 8 hingga 9 jam perjalanan. Tidak mandi, hanya berbekal pakaian yang dipakai. Dengan niat numpang sarapan di kota orang, terus bertemu teman lama. Setelah itu kembali menempuh jarak 8 hingga 9 jam lagi untuk pulang. 

Kira-kira disebut apa?

Gabut? Dibilang gabut, iya juga sih. Atau ada istilah lainnya? 

{getToc} $title={Table of Contents}

Libur Panjang Bikin Gabut Melanda

Kegabutan ini bermula dari kebanyakan libur di bulan Mei hingga awal Juni. Serius! Libur kebanyakan juga bikin pusing, loh! Dari mulai bingung mau ngapain? Sampai bingung mau kemana?

Oke. Ketika gabut kemarin sebenarnya tujuan yang terlintas itu ingin ke Bandung. Meskipun di liburan sebelumnya sudah ke Bandung. Bahkan, datang disaat warga Bandung sedang mengadakan perayaan kemenangan liga sepakbola.

Karena tahu hanya akan ke Bandung yang notabennya cuma butuh maksimal 2 jam perjalanan, kalau sedikit tersendat. Akhirnya, kami memutuskan untuk mengenakan pakaian santai. Tidak banyak membawa perlengkapan bahkan power bank juga tidak dibawa.

Karena dekat, jadi tidak mau terlalu banyak bawaan. Sebelum jalan, pak Suami memutuskan untuk memeriksa kondisi ban dan mencuci mobil sebelum berangkat. Katanya, “nggak apa-apa nanti kotor lagi. Yang penting pas berangkat gak kotor-kotor banget.”


Perhentian Pertama di Cikampek

Seusai mobil kinclong, langsung kami berangkat dan masuk melalui pintu tol Grand Wisata. Karena sudah sore dan hampir maghrib, kami memutuskan untuk berhenti di Rest Area KM 57 arah Jakarta - Cikampek.

Sambil istirahat dan menunggu adzan Magrib. Kami berbincang ringan, kemudian tiba-tiba saja pak Suami mengecek google Map. Dan mengatakan kalau hanya ke Bandung, sayang banget. Soalnya kami sudah ke Bandung sebelumnya.

Akhirnya, tercetuslah ide dariku, “bagaimana kalau ke Solo? Makan Slat Solo di Tenda Biru?”

Pak Suami mengangguk setuju. Kami sepakat untuk mengubah arah tujuan kami. Apalagi beliau mengatakan kalau toh masih punya jatah libur tiga hari ke depan. Jadi, aman untuk perjalanan.

Diskusi kami berlanjut ke khawatirkanku, sebab kami sama sekali tidak membawa baju ganti. Tapi, pak Suami menenangkan, mengatakan bahwa kalau urgent nanti bisa membeli pakaian di tempat tujuan.

Yasudah, toh sepanjang perjalanan kami menggunakan air conditioning sehingga minim keringat. Terpikir juga kalau selama perjalanan nanti, pakaian kami tidak akan mudah kotor. Terbesit keyakinan dalam hati, “toh besok malam maksimal kami sudah sampai rumah.”

Persiapan lain yang masih bisa kami lakukan adalah membeli perlengkapan kebersihan seperti sabun dan sikat gigi. Juga membeli beberapa cemilan untuk menemani sepanjang perjalanan.

Usai sholat magrib yang kemudian kami jamak dengan isya’. Kami langsung meluncur dengan tujuan menuju Solo.


tempat cuci mobil


Perhentian Kedua di Rest Area Semarang

Sepanjang perjalanan kami tidak banyak membahas mengenai perjalanan kami ini. Lebih banyak bercerita tentang kehidupan, pekerjaan dan rencana kami di masa tua serta rencana untuk anak kami tercinta.

Malam sudah semakin tua, seingatku masih belum masuk tengah malam saat kami masuk dan parkir di depan toilet Rest Area KM 429 arah Semarang - Solo. Sepanjang perjalanan tidak banyak mobil yang kami temui, jalan tol benar-benar lengang bahkan cenderung sepi. Karena itu, kami bisa melaju tanpa terkendala macet.

Di Rest Area KM 429 kami meregangkan tubuh sejenak kemudian ke toilet sekalian sikat gigi dan cuci muka. Setelah itu, kami tidak berlama parkir di sini, soalnya stamina pak Suami katanya masih oke, jadi kami hendak lanjut kembali.

Tapi, sebelum lanjut, saat kendaraan kami belum dijalankan. Tiba-tiba pak Suami melihat perkiraan kami sampai di Solo. Setelah itu dia tampak berpikir dan tiba-tiba mencetuskan ide yang membuat kami tertawa sambil geleng-geleng kepala.

“Tanggung ya kalau ke Solo, gimana kalau kita sarapan di Pecel Kawi Malang?”

Sambil tertawa pasrah, akhirnya aku menyetujui. Karena, mau bagaimana lagi? Toh memang persiapan yang kami bawa hanya perlengkapan kebersihan saja. Jadi, memang tidak ada bedanya mau ke Solo atau ke Malang.

Kesepakatan baru pun tercipta. Tujuan kami tak lagi ke Solo tapi menuju Malang

Oke, sepanjang perjalanan kami tertawa-tawa saja. Apalagi jalan tol saat itu benar-benar sepi. Jadi, kami berangkat sehari setelah kemacetan orang-orang berangkat. Benar-benar enak berkendaranya sampai tidak terasa kami berhenti di perhentian ketiga.


Perhentian Ketiga di Rest Area Jombang

Kami menyengaja berhenti di sini sebab sekitar satu setengah jam lagi menuju azan Subuh. Jadwal sholat tentunya sudah mundur dan jadi lebih cepat dari kota tempat kami tinggal.

Di Rest Area KM 695 tol Jombang - Mojokerto ini juga kami memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Sebelumnya, kami memang belum makan kecuali siang hari di rumah tadi.

Kami memutuskan untuk mencicipi soto ayam dan rawon di salah satu warung yang buka. Sambil menunggu azan, sebab tempat kami makan dengan musholanya cukup dekat.

Tak lama usai kami menunaikan kewajiban kami sebagai Muslim. Kami sudah bersiap kembali untuk berangkat menuju Malang.


Perhentian Keempat di Rest Area Malang

Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat di Rest Area KM 84 Tol Pandaan-Malang. Tujuannya untuk istirahat sebentar sebelum keluar dari tol.

Usai istirahat sekitar satu setengah jam atau dua jam ya, lupa, hehe. Kami akhirnya memutuskan untuk bersih-bersih dulu seperti sikat gigi dan cuci muka sebelum lanjut menuju Malang.

Bersih-bersih selesai, kami langsung lanjut untuk menuju jl. Kawi Malang. Menurut cerita pak Suami, ini pecel Favorit nya selama kuliah di ITN Malang. Sebab, sego pecel yang dicampur Rawon hanya ada di sini, gitu katanya.

Iya sih, aku pun baru mendengarnya. Soalnya, sego pecel Bojonegoro maupun yang di Madiun, tidak ada yang dicampur Rawon. Baru ini aku mendengarnya, tapi aku tidak mencobanya, hehe, karena takut tidak suka.

Sesampainya di Jl. Kawi Malang, sejujurnya aku masih merasa amazing. Soalnya, bisa sampai di Malang dengan minim persiapan. Amazing juga karena Allah Maha Baik banget, sampai aku bisa sampai di kota Malang ini.

Meski ini bukan pertama kali juga ya, tapi entah kenapa kalau sampai di Malang selalu amaze saja dengan suasana dan makanannya.


Sarapan di Pecel Jalan Kawi Malang

Katanya, tempat makan Pecel di jalan Kawi ini, memang cukup terkenal. Saat aku baru sampai di depan tempat makannya, aku langsung tahu bahwa tempat ini memang banyak didatangi wisatawan lokal.

Tempat makannya ini sebenarnya ada dua tempat, maksudnya tempatnya bersebelahan. Jadi, kalau tidak bisa menampung pengunjung di tempat yang satu, bisa pindah ke tempat sebelahnya yang masih sama pemiliknya.


bekasi malang


Pecel Kawi Hj. Musilah ini sudah berjualan sejak tahun 1975. Tidak heran kalau waktu kuliah, pak Suami sudah kenal dengan tempat ini. Katanya, kalau dahulu ya belum sebagus sekarang ini. 

Kalau sempat mampir ke sini. Jangan lupa untuk mencicipi Sate Manis. Serius, aku suka sekali dengan sate yang memang rasa manisnya itu pas di lidah. Oiya, manisnya ini sesuai standar makanan khas daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur ya. Bagi yang tidak terbiasa dengan makanan lauk yang manis, mungkin bisa dicicipi dulu.

Setelah kenyang menyantap sarapan di sini. Aku dan suami menyempatkan jalan-jalan sebentar sambil berjemur di trotoar sepanjang Jalan Kawi. Tidak jauh, tapi masih cukup lumayan sambil menghirup udara segar.

Hal yang membuatku menggelengkan kepala adalah sinar matahari saat itu tidak se-menyengat di Bekasi. Entah kenapa, bagiku matahari di Bekasi jam 10 siang sudah membuat kepalaku berdengung. Ditambah sensasi seperti dicubit di tangan saat terkena paparan sinar matahari.

Itulah yang membuat kami berdua, menikmati sejenak suasana pagi di kota Malang. 

Sambil berjalan santai, pak Suami bilang kalau camilan keripik singkong yang berjualan di sepanjang trotoar ini sudah lama jualannya. Bahkan, dari pak Suami masih kuliah mereka sudah berdagang di situ. 

Alhasil, aku membeli dua kilo, satu kilo varian asin dan satu kilo yang manis. Ternyata memang rasanya berbeda ya. Uniknya lagi, saat kripik ini aku bawa ke Bekasi, ternyata masih tetap renyah dan gurihnya menyeluruh. Padahal, sepanjang perjalanan tidak dipacking dengan baik. Hanya disimpan di kantong plastik warna hitam putih, yang sesekali kami buka sepanjang perjalanan pulang.

Ngomong-ngomong pulang, kami belum memutuskan untuk langsung pulang, ya. Sebab, pak Suami langsung disambut sama teman-temannya untuk bertemu dan berbincang.


Kembali Pulang Usai Menemani Reuni Kecil Pak Suami Dengan Kawannya

Setelah bertemu teman-temannya di salah satu rumah kawannya di dekat daerah Batu. Kami berdua lantas bersiap pulang kembali ke Bekasi.

Meski tujuannya tidak langsung ke Bekasi, tapi mengantar teman pak Suami pulang ke rumahnya di Kediri. Jadi, perjalanan kami akan sedikit berputar. 

Sejujurnya, buatku sama sekali tidak masalah. Sebab, ini adalah perjalanan pertamaku menjejak kaki di Kediri. 

Waktu berangkat, aku benar-benar antusias. Namun, belum ada setengah perjalanan. Ketika mobil sudah memasuki kawasan dipenuhi pepohonan rapat. Dengan jalur yang cukup mengular, naik - turun, berkelok. Tiba-tiba saja mata ini ngantuk berat. Seperti diayun dan dinina-bobokan sebab pemandangan di luar sudah gelap.

Entah sudah berapa kali aku terbangun kemudian tidur lagi. Rasanya kantuk ini tak kunjung reda. Tapi, memang sengaja aku tidurkan, mumpung yang menyetir ini kawan pak Suami. Dan pak Suami juga tengah tertidur di kursi penumpang depan, sebelah kawannya.

Sesekali aku mendengar mereka berbincang sebentar. Namun, tak lama hening kembali. Berarti pak Suami juga sama sepertiku, terbangun kemudian tertidur lagi dan begitu terus sampai kami tiba di rumah kawan di Kediri.

Di rumah beliau, kami tidak berlama-lama. Hanya mengobrol sebentar sambil menyesap secangkir kopi sebelum berangkat kembali ke Bekasi. Setelah selesai, kami pun berpamitan.

Perjalanan pulang ini tidak begitu lama dibanding perjalanan dari Malang. Cukup sekitar setengah jam, kami sudah masuk tol.


Perjalanan Kembali ke Bekasi Setelah Seharian Berada di Malang

Kami menyempatkan untuk mampir di Rest Area wilayah Madiun untuk melaksanakan ibadah sholat. Sebab tubuh masih cukup segar dan agar perjalanan selanjutnya sepanjang tol, perasaan kami bisa lebih lega.

Usai solat, kami sempatkan untuk menyantap makanan. Karena, selama berada di Malang, kami baru menyantap makanan berat saat sarapan saja, hehe. Setelahnya, memang hanya camilan dan kopi saja.

Lucunya, justru di Rest Area Madiun ini kami memesan mie rebus dengan nasi satu piring, hahaha. Menu di rumah banget ini sih. Setelah terkena satu suap, cacing di perut seketika berjoget senang.

Sepiring nasi beserta mie rebus pun tandas. Menu ini kami pilih bukan karena murah tapi karena udara saat itu angin bertiup agak kencang dan udara terasa dingin yang tidak begitu nyaman. Sehingga, kami memutuskan mencicipi makanan berkuah yang rasanya sudah dikenal oleh lidah kami.

Usai kenyang dan menunggu sejenak setelah makan. Kami melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah, perjalanan dari Rest Area Madiun hingga pintu tol Kali kangkung berjalan lancar. Tapi, setelahnya tampak agak tersendat. 

Jalan tol diisi kendaraan yang sepertinya sama tujuannya, pulang dari tempat liburan. Karena tidak mau terburu-buru dan berniat santai selama perjalanan pulang, kami bersantai selama 4 jam sekali. Kami juga berhenti untuk mengisi bahan bakar. Sekaligus istirahat sebentar usai sholat subuh.

Alhamdulillah, sekitar jam 1 siang tanggal 1 Juni 2025, kami sampai di rumah dengan selamat dan sehat walafiat.


Perasaan setelah sampai di Bekasi? 

Aneh. Soalnya udaranya benar-benar jauh berbeda, hehe. Di Bekasi terasa, waw gerahnya. Padahal sesaat sebelumnya terasa masih segar, hihihi.

Setidaknya, inilah rumahku, tempat tinggalku di Bekasi. Yang nyaman dan aman. Alhamdulillah. 

Selepas sampai, kami langsung buru-buru mengguyur tubuh agar terasa lebih segar. Benar saja, ketika asuhan air pertama mengaliri tubuh, rasanya segar sekali. 


Jadi, teman pembaca pernah se-gabut apa? Siapa tahu jadi inspirasi, hehe.


Blogger Bekasi

Blogger Bekasi yang tinggal di Tambun Selatan dan suka membahas tentang Kuliner dan Wisata serta Tempat Publik

Lebih baru Lebih lama

Komentar

Formulir Kontak