
Hal yang saya syukuri di bulan Agustus ini, selain kemerdekaan Indonesia, yaitu kesempatan untuk bisa kulineran di Pulau Madura, makan bebek yang sudah lama didambakan.
Berita tentang Bebek Sinjay di Madura memang sudah lama mampir di telinga. Mulai dari cerita saudara maupun rekan kerja dan kerabat yang sudah pernah makan di sana.
{getToc} $title={Table of Contents}
Sampai menyaksikan ulasan food vlogger di kanal YT. Juga membaca cerita teman-teman food blogger tentang Bebek Sinjay ini.
Lama kelamaan, sebagai penyuka Bebek goreng. Meski tidak addicted banget, ya. Saya menjadi penasaran dengan sajian Bebek Sinjay ini.
Sayangnya, beberapa kali ada kesempatan untuk bisa ke rumah makan Bebek Sinjay. Qodarullah-nya selalu bentrok dengan acara lain yang harus diprioritaskan.
Karena itu, saat mendadak harus ikut menemani pak Suami dalam perjalanan dinas. Dan alhamdulillah-nya ada lokasi yang harus dikunjungi di Pulau Madura. Langsung saja kami menyempatkan makan siang di Bebek Sinjay ini.

Tingkat Teratas Bebek Goreng Versi Ipeh dan Pasangan
Gak mau terlalu berlebihan, tapi bagi saya dan suami, sajian bebek di sini memang masuk ke level tertinggi.
Dari Bebek Pak Slamet sampai Bebek Kaleyo. Terus bebek madura bumbu hitam. Banyak yang menyajikan sajian bebek yang digoreng tapi hasilnya kering.
Sementara kesukaan saya dan suami adalah bebek yang tetap digoreng tapi masih terasa empuk. Dan Bebek Sinjay inilah jawabannya.
Bebek Goreng Plus Sambal Mangga
Yang membuat berbeda Bebek Sinjay dengan bebek goreng ala madura lainnya adalah sambal mangga muda yang rasanya memang segar.
Sayangnya, bukan selera saya, jadi tidak begitu bisa menikmati sajian sambalnya. Tapi, tidak masalah, sebab kualitas daging bebeknya benar-benar sesuai selera.

Boleh lah ya berlebihan penilaiannya karena memang sesuka itu. Apalagi kalau suka dengan sajian bebek goreng tapi masih tetap juicy dan tidak begitu kering.
Selain bebek goreng, kami juga memesan jeroan ati ampela. Tentunya, sama seperti goreng bebeknya yang sesuai banget sama selera kami. Setidaknya, baru kali ini makan ampela tidak kesulitan, hehe.
Kami memang senang dengan sajian bebek ataupun jeroan yang digoreng tidak begitu kering. Sebab, memang sukanya yang setengah kering jadi masih terasa kenyal.
Bagi teman-teman yang penasaran, kira-kira sajian bebek yang tidak begitu kering ini akan terasa aroma apak bebeknya atau tidak?
Jawabannya tidak. Dan ini diakui juga oleh beberapa anggota keluarga saya yang tidak suka makan bebek. Mereka yang waktu itu mencicipi dengan terpaksa, ternyata justru mengakui tidak ada aroma bebeknya dan jadi bisa mencicipi bebek untuk pertama kalinya.
Jadi, buat yang mau mencoba, silakan dicicipi dulu sedikit dagingnya. Kalau bisa makan bersama dengan saudara atau teman yang memang suka dengan sajian bebek. Biar kalau pas kurang selera, bisa dihabiskan oleh teman atau saudaranya, hehe.
Bagaimana Harganya ?
Kami tidak begitu menghitung sih. Tapi, empat piring sajian Bebek Sanjay beserta jeroan ati ampelanya. Total kami membayar sekitar 91.000 rupiah saja.
Untuk metode pembayarannya, di sini tidak menerima pembayaran digital QRIS maupun transfer, ya. Jadi harus BAYAR CASH.
Saran saya, sebelum menyebrang jembatan Suramadu, sebaiknya sudah mampir ke atm di Surabaya terlebih dahulu. Biar kalau mau jajan makanan di pinggir jalan Pulau Madura, bisa bebas jajan tanpa bingung pembayarannya.
Saya sudah menyiapkan uang tunai sejak di Surabaya. Karena, seingat saya, beberapa pedagang makanan asal Madura di Bekasi pun seringnya menerima pembayaran tunai saja. Mereka jarang mau menerima pembayaran via transfer maupun QRIS.
Karena sudah cukup teringat pengalaman selama di Bekasi. Jadi pas kemarin mampir ke Pulau Madura, kami sudah siap dengan uang tunai.
Oiya, untuk Warung Bebek Sinjay yang saya datangi itu ada di sini. Konon, ada banyak cabang Bebek Sinjay. Sama saja semuanya, jadi tidak perlu khawatir apakah Bebek Sinjay di daerah satu dengan yang lainnya di Pulau Madura ini asli atau tidak? Jawabannya asli, ya.
